Minggu, 21 Juni 2009

Garuda di Dadaku


Sudah masuk dalam jadwalku untuk menonton premier Garuda di Dadaku. Ini film panjangnya Ifa Isfansyah yang pertama jadi itulah alasannya aku menontonnya dan juga karena skenarionya ditulis oleh Salman Aristo. Benar-benar duet maut. Dan hasilnya film ini sungguh dahsyat. Ada haru birunya, kocak, dan perasaan semangat membara. Aku menonton seperti tidak ada sesuatu yang klise di film ini. Mas Ifa benar-benar berhasil membuat film yang benar-benar enak ditonton, karena aku bisa tahu itu dari respon para penonton pada saat film ini mencapai klimaksnya di endingnya. Para penonton bertepuk tangan, bersorak-sorai, seperti habis menonton pertandingan bola beneran. Mungkin yang aku rasakan sama dengan para penonton lainnya, yaitu rasa bangga dan nasionalisku mencapai titik puncak. Semangat untuk tim nasional sepakbola Indonesia.
Singkat cerita dari GDD
Begini ceritanya. Seorang anak bernama Bayu, yang memiliki bakat bermain bola, memiliki impian untuk bisa masuk di Timnas. Namun kakeknya sangat benci dengan sepakbola. Menurutnya sepakbola tidak memberikan masa depan yang cemerlang. Bahwa orang yang bermain sepakbola masa depannya tidak akan sukses. Dan kakeknya Bayu hanya ingin Bayu menjadi orang sukses. Dengan dukungan penuh dari sahabatnya, Heri namanya, Bayu berhasil juga masuk timnas junior U-13. Pada akhirnya pula kakeknya Bayu menyadari bahwa dia tidak bisa menentukan apa yang terbaik buat cucunya tersebut, dan mendukung bakat alami yang dimiliki Bayu, yaitu bermain bola. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar