Sabtu, 25 Juli 2009
Public Enemies: Bercerita Keteledoran Polisi
Kamis, 23 Juli 2009
Nonton Harry Potter and The Half Blood Prince
Workshop La Lights Indie Movie 2009 : 3th Season
Namun satu yang sangat disayangkan untuk workshop kali ini yaitu aku harus berbesar hati bahwa ide cerita yang aku kumpulkan tidak mampu membawaku lolos ke babak berikutnya. Berhenti. Dan harus menunggu setahun lagi.
Dalam workshop kemarin di dalam goody bag yang diberikan kepada setiap peserta workshop terdapat cheat sheet mengenai filmmaking. Setelah aku membacanya aku merasa benar-benar buta mengenai filmmaking. Jadi menurutku cheat sheet berguna sekali buat kalian yang tertarik untuk memproduksi/membuat sebuah film. Entah itu film pendek atau panjang atau yang lainnya.
Dengan ikhlas aku ketikkan ulang cheat sheet ini buat kalian. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
SHORT NARRATIVE FILMMAKING CHEAT SHEET
1.Pengen buat film?! Pengen aja nggak cukup!! Yang harus ditanyakan pada diri sendiri sebelum membuat fillmu:
a.Kenapa kamu pengen buat film ini?
b.Apa yang ingin kamu sampaikan melalui film ini?
c.Siapa calon penonton film ini?
d.Apa dan berapa modalmu untuk buat film?
e.Apa yang kamu punya?
f.Apa yang kamu tidak punya?
g.Dimana kamu bica cari yang tidak kamu punya?
h.Apakah kamu mengerti proses produksi filmmu?
i.Dimana bisa cari info yang berhubungan dengan produksi filmmu?
j.Begitu filmnya jadi mau diapakan? Distribusi kemana dan bagaimana?
k.Kenali potensi dirimu, apakah kamu lebih cocok kerja sendiri dan membuat karya yang personal atau kamu lebih cocok bekerja dengan satu tim?
l.Apa kamu punya teman untuk berbagi misi dan visi kamu dalam membuat film kamu? Kenapa nggak ajak teman kamu? Apa lebih baik cari crew yang bukan teman kamu?
m.Apakah kamu cocok jadi director? Atau lebih cocok jado actor? Atau sound designer? Kalau begitu carilah temanmu yang akan produksi film dan bantulah dia dengan kemampuanmu sebaik mungkin.
n.Know your strength, know your limits. Jangan ragu untuk berkolaborasi dengan orang lain. Ketahuilah film is a collaborative work. Filmaking doesn’t always have to be all about directing. Bahkan kemampuan manajerial dalam sebuah produksi film itu adalah bagian dari filmmaking! Apa potensi dirimu yang terbesar?
o.Kenapa kamu masih baca instruksi ini? Ayo cepat bikin film!!
2.Bikin film narativ itu prosesnya dimulai dengan perencanaan dan semua perencanaan akan bergantung pada script film (dengan atau tanpa dialog).
3.NOTE: Kalau kamu tipe orang yang implusif dan spontan, jangan ragu untuk angkat kamera dan mulai merekam dan jangan menunda untuk segera mengedit film tersebut. Karena sama spontannya seperti kamu mengangkat kamera karena instingmu, keinginan untuk mengedit dan menyelesaikan film itu bisa segera hilang.
4.Mulailah dengan apa yang kamu punya dan kamu tahu. Keep it simple! Kalau script kamu melibatkan hal-hal seperti meledakkan mobil Mercedes benz dan robot Gundam skala 1:1, think again. Apakah itu benar-benar perlu dikerjakan? Kalau iya, coba pertimbangkan scriptmu lagi.
5.Jangan tunggu inspirasimu, tulis segera idemu dan jangan berhenti menulis. Setelah selesai, baca ulang dan tulis ulang sampai kamu rasa tepat.
6.Kalau menulis script itu terlalu menyebalkan atau sulit buat kamu, cari seorang scriptwriter. Filmmaking is a collaborative work !
7.Dari script kita bisa melihat semua kebutuhan shooting kita mulai dari jumlah actor, lokasi, property, efek visual dan suara, kebutuhan kamera.
8.Setelah kebutuhan shooting tercatat, mulailah mencari cara untuk memenuhi kebutuhan ini. Mulai dari yang kamu punya. Be realisticly persistent.
9.Selalu kenali kebutuhan teknismu. Jika kamu tidak bisa mengenali kebutuhan teknismu cari teman yang mau membantumu untuk mengenali kebutuhan teknis ini.
10.Jangan ragi untuk menyewa actor/crew profesional kalau budget memungkinkan atau kalau kamu punya teman ‘aktor/crew profesional’ yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk filmmu, pastikan mereka terlibat secara kreatif dan aktif dalam produksimu. Once the join the crew, it’s their film too! Temukan mereka jauh sebelum hari shooting dan pastikan mereka bisa ikut dalam produksimu.
11.Berpikirlah secara editing ketika mengembangkan scriptmu. Fokuslah pada bagian-bagian yang penting bagi perkembangan cerita dalam script filmmu.
12.ALWAYS MAKE A SHOT LIST! Visualisasikan dalam kepalamu simulasi keadaan shootingmu lalu tuangkan dalam kertas untuk mengantisipasi shooting sebenarnya.
13.BUATLAH JADWAL SHOOTING sedetail mungkin dan seteliti mungkin dan PASTIKAN JADWAL INI DIPATUHI.
14.Periksa dan periksa ulang kebutuhan shootingmu.
15.KENALI FORMATMU. Kenali apakah kameramu Celulloid/film atau Analog Video atau Digital Video atau High Definiton. Semakin kamu mengenali format yang akan kamu pakai semakin baik output filmmu. Luangkan sedikit waktu lebih untuk ini. Research sendiri dan/atau cari ahli yang bisa menjelaskan ke kamu. Jangan lupa cari tahu bagaimana caranya supaya output filmmu maksimal!
16.SELALU CHECK KAMERAMU. Baik kamera rental maupun kamera colongan dari mantan pacarmu harus dipastikan bahwa kamera tersebut bekerja dengan baik. Baca manualnya (bisa didownload di internet; cari tahu tipe kameranya) dan lakukan test kamera sampai kamu hafal dengan setiap function dari kamera tersebut (tapi jangan sampai kameranya rusak ya!) KEYWORDS: WHITE BALANCE, APERTURE/ SHUTTER SPEED SETTING, GAIN LEVEL, ND FILTER, dan AUTO/MANUAL FOCUS.
17.Sebelum shooting explore kemungkinan framingmu. Cari tau mengenai perealatan lighting dan aksesoris kamera di rental ala film. Kalau kamu tidak ada uang untuk menyewa alat, paling tidak cari cara untuk mengimitasi alat tersebut secara manual! TIPS: di internet ada banyak tips mengenai kamera (tapi jangan keasikan di sini ya, bisa-bisa lupa sama film yang mau kamu buat!)
18.JANGAN MEREMEHKAN AUDIO! KENALI MIKORPONMU! Pastikan kamu tahu cara rekam dialog dan suara lingkungan (ambient/atmospheric/room noise) sekitar lokasi. TIPS: rekam dialog dengan mikropon sedekat mungkin pada saat framing kamera lekat pada actor. TIPS 2 : rekam suara lingkungan secara terpisah. Ambil suara lingkungan sebelum pindah lokasi lain dan pastikan krumu tahu kamu sedang merekam suara lingkungan dan pastikan mereka tidak bersuara ketika sedang merekam audio.
19.KENALI AKTORMU. Pastikan aktormu sudah mengerti benar scriptmu melalui reading dan rehearsal, dan sebisa mungkin bangun chemistry antara dirimu dan para aktormu.
20.KENALI KRUMU. Tidak bisa ditekankan lebih jauh lagi bahwa membuat film itu adalah kolaborasi. Pastikan krumu mengerti scriptmu dan sebisa mungkin bangun chemistry dengan krumu. Perlakukan semua yang mendukung filmmu dengan respect karena hanya orang gila yang mau membantumu membangun mimpimu.
21.UANG BUKAN SEGALANYA tapi nggak ada salahnya kalau kamu bisa mendapatkan uang untuk filmmu. Yang perlu diingat: kamu nggak sendirian. Pastikan semua yang berhubungan dengan film mendapatkan bagiannya dan pastikan legalitasnya. Hanya karena camera person dalam filmmu adalah sahabatmu, tidak berarti dia gratisan! Paling tidak beri makan krumu dengan layak. Jangan buat kontrak kerja yang layak.
22.KENALI KEUANGAN FILMU. Sedikit atau banyak, pastikan kamu bisa memanage keuangan filmmu. Selalu buat laporan keuangan tertulis dan tercatat. Buatlah budget untuk produksi filmmu dan PATUHI budget tersebut. WORK AROUND YOUR BUDGET. JANGAN BERGANTUNG DENGAN BUDGETMU.
23.KENALI LOKASIMU. No location, no shooting. Jangan paksa lokasimu untuk menjadi apa yang kamu mau, tapi kenali karakter lokasimu dan berimprovisasilah sesuai dengan karakter tersebut. Pastikan kamu mendapatkan ijin lokasi shootingmu. Hal penting yang harus kamu perhatikan: kemudian akses lokasi dan fasilitas, perijinan lokasi dan keamanan, dan detail lokasi yang berhubungan dengan audio dan visual(e.g: arah matahari terbit dan tingkat keributan lokasi), serta kemungkinan akomodasi. TIPS: cari lokasi yang paling bisa kamu akses secara personal. Misalnya sawah nenekmu atau apartemen sahabatmu.
24.Curi-curi shooting di lokasi tertentu atau “bergerilya” adalah opsi lain untuk shooting sesuai dengan keinginanmu, tapi banyak yang mesti diperhatikan ketika melakukan ini. TIPS: ketika bergerilya sebisa mungkin jangan sampai terlihat ‘lagi shooting’ (eg: pura-pura jadi turis di Borobudur) dan perhatikan framingmu. Jangan sampai ada logo atau apapun yang bisa menjelaskan lokasimu di frame scene tersebut.
25.AKHIRNYA SHOOTING DAY!! Pastikan semua berjalan sesuai rencana yang disiapkan, jangan panik kalau ada yang tidak sesuai tapi selalu berusaha untuk mengambil keputusan yang terbaik.
26.Sebelum kamera rolling aba-aba yang digunakan setelah scene selesai disiapkan adalah (sesuai urutan): QUIET ON SET, CAMERA (aba-aba untuk cameraman yang akan menjawab “Camera Rolling” setelah ia menekan tombol record), SLATE IN (papan dengan keterangan nama film, scne nomor berapa dan take nomer berapa), SOUND (aba-aba untuk sound recordist yang memastikan bahwa audio telah terekam, setelah yakin ia akan menjawab “sound recording”, ACTION (ketika action papan slate di-clap dan keluar frame. Menandakan adegan dimulai). HANYA DIRECTOR YANG BOLEH BILANG CUT KETIKA ADEGAN SELESAI.
27.Point 26 ini hanya acuan standard. Banyak modifikasinya, yang penting adalah bahwa tim produksimu tahu kapan merekam dan kapan selesai merekam dan dibawah aba-aba siapa.
28.JANGAN PERNAH BERPIKIR “Nanti aja pas editing” ketika shooting. PASTIKAN lighting baik, audio baik, shotlist terpenuhi, dan kebutuhan efek terpenuhi.
29.CATAT HASIL SHOOTINGMU UNTUK REFERENSI EDITING. Yang perlu dicatat: kualitas gambar, kualitas audio, dan komentar sutradara (baik atau tidak).
30.AKHIRNYA SHOOTING SELESAI!! Ini artinya pertempuaran baru dimulai di meja editing. Editing itu adalah bagian terpenting dari filmmaking. KENALI POTENSI EDITING DARI AWAL.
31.EDITLAH FILMMU SEBAIK MUNGKIN. EDIT DAN EDIT ULANG!!
32.Gunakan music yang kamu punya ijinnya. TIPS: cari temanmu yang musisi dan buat legal kontrak dengan dia.
33.Tambahkan efek suara pada filmmu. Sebisa mungkin BUAT SENDIRI efek itu. TIPS: buat sesi rekaman sendiri setelah editing selesai.
34.BUAT MASTER COPY dari filmmu dalam format terbaik (BUKAN DALAM BENTUK compressed DVD) dan BACK UP MASTER COPY TERSEBUT.
35.FILM SELESAI!!! Satu perjuangan lagi… MARKETING DAN DISTRIBUTION!!
36.Kemas filmmu sunik mungkin dan cari festival atau distributor untuk filmmu. Siapkan profil diri kamu dalam bentuk CV dan siapkan materi promo filmmu (still photos, one page synopsis, trailer, small flyers, etc) untuk kamu kirim via pos ke pelosok dunia.
Cerita Dari Rumah
Tanggal 11 Juli kemarin, dengan menggunakan kereta api Mutiara Timur pagi, aku balik ke Banyuwangi. Ini kali pertama di tahun ini aku pulang. Aku sudah berencana untuk tidak berlama-lama di sana. Aku akan balik lagi ke Surabaya hari kamisnya, yaitu tanggal 16. Soalnya hari Sabtunya, tanggal 18 aku ikut workshop La Lights Indie Movie.
Tiba di Banyuwangi sekitar pukul 4. Menuju ke rumah aku tidak mau dijemput karena aku tahu bapak belum pulang kerja, jadi aku nyarter angkot yang bisa langsung berhenti di depan rumah. Ya, konsepnya taksi, tapi di sini aku hanya perlu bayar lima ribu rupiah saja. Nggak ada yang namanya mesin argo.
Hampir tujuh bulan nggak bertemu, aku melihat ibuku semakin gemuk saja tubuhnya. Aku menyalaminya dengan kerinduan yang amat sangat. Dan untuk malam harinya bapak mengajak kami sekeluarga: aku, ibu, Dini, Mbah Kung, Nenek, Mbak Ita-Mas Teguh (Mbak Ita adalah adik tertua ibu) dengan dua anaknya yang sangat aku sayangi Fial dan Momok (nama sebenarnya mereka Diva dan Dika) ke tempat makan yang belum pernah aku datangi namun tempatnya sudah tidak asing lagi bagi aku.
Tempatnya di pinggir pantai. Dekat dengan perkampungan nelayan sehingga banyak perahu berjajar. Untung tidak datang siang hari karena kalau siang hari tempat itu busuk, kotor, dan panas. Karena pas aku kesana malam hari jadi yang aku lihat adalah keindahan malam hari selayaknya jika kau berdiri di pinggir laut malam hari dan di seberangnya kau melihat lampu-lampu berkilauan. Untuk menunya, pastilah kalian bisa menebaknya. Seafood, tentunya. Tapi di sini ada yang spesial yang belum pernah aku makan seumur hidupku: sate hiu.
Rasanya tidak beda jauh dengan sate ayam. Daging hiu tidak berasa amis layaknya ikan-ikan lain. Dan cukup sekali saja. Not satisfy. Aku hanya bisa menikmati cumi goreng tepung, dan cumi bakarnya.
Hari ke-2 : Menikmati kembali masakan khas Banyuwangi: Sego Janganan
Pagi harinya aku dibelikan sarapan sego cawuk/sego janganan. Sarapan khas masyarakat Banyuwangi. Nasi putih yang diberi kuah pindang dan kelapa parut yang dimasak dengan butiran jagung yang berkuah. Untuk lauknya biasanya telur cit (dimasak dengan petis), tempe goreng, pepes ikan, dan sebagainya. Untuk pelengkapnya adalah sambal terasi, kerupuk/rempeyek. Namun aku lebih menyukai dengan sambal pecel karena aku pikir sego janganan sangat tepat dengan sambel pecel daripada dengan sambel terasi biasa. Kemudian yang membuat rasa khasnya muncul adalah daun pisang sebagai pembungkusnya. Itu yang masih dijaga sampai sekarang oleh para penjualnya.
Hari ke-3 : Makan bersama bapak, ibu, dan Dini di rumah
Aku hanya merasakan nikmat. Ya. Satu kata itu yang bisa aku ungkapan meskipun aku butuh kata yang mempunyai arti lebih dari itu untuk mengungkapkan betapa indahnya saat makan bersama mereka dengan lauk yang sederhana: ikan laut yang digoreng dengan sambal terasi andalan ibu yang paling dahsyat dan lalapan. That’s it. Dengan lauk begitu saja aku bisa sampai nambah.
Hari ke-4 : Menyewa VCD di rental dan kedatangan tamu yang tidak bakal kau percaya
Aku menyewa 5 film di rental terlengkap di Banyuwangi. Doubt, 3 Hari Untuk Selamanya, Die Hard 4, Mean Creek, dan The Boy in the Striped Pyjamas. Malamnya, saat aku mengerjakan tugas MOS sepupuku, seorang tamu yang tidak aku kenal datang. Ternyata dia tidak sendirian. Dia membawa rombongan. Dan aku tekejut saat aku mengintip dan aku melihat sosok yang pas hari minggu kemarin aku lihat di Indosiar. Dia Emilia Contesa kalau kau ingin tahu. Ya, dia datang ke rumahku dan melihat seisi rumah mulai ruang tamu, kamar tidur, sampai dapurpun ia lihat. Dia calon klien bapakku yang ingin mengisi rumah barunya dengan perabotan. Semacam konsultasi dengan bapak. Wajarlah kalau menurutku mengingat dia asli orang Banyuwangi. Ini bukan bualan lho.
Hari ke-5: Watching Full Movies
Bangun tidur pagi hari langsung bikin sarapan sendiri. Roti diolesi mentega lalu diberi keju dan meses coklat. Minumannya mix juice (apel, tomat, jambu bangkok, dan wortel). Abis itu seharian aku sengaja menonton film-film yang aku sewa. Karena besok aku harus balik ke Surabaya. Tidak semua aku tonton. Separuhnya aku salin di komputerku. Dan ibuku kebetulan sedang membuat kue bolu waktu itu. Rasanya luar biasa. Lembut dan lembut.
Kamis malam dengan kereta api Mutiara Timur aku meinggalkan Banyuwangi lagi. Aku tidak sendirian. Dini, Mbah Kung dan Nenek juga ikut. Rencananya mereka akan ke Suramadu dengan Mas didit, adik dari ibu yang tinggal di Bojonegoro. Aku tidak langsung ke Surabaya. Kami turun di stasiun Sidoarjo, kecuali Dini. Tujuannya adalah ke rumah Mbak Maya, adik paling bungsu dari ibuku. Barulah malam harinya aku ke Surabaya diantar oleh Mbak Maya. Mempersiapkan untuk workshop La Lights Indie Movie besoknya. Dan badanku terasa remuk semua. Finaly, I slept tight dengan punggung penuh balsam.
Jumat, 10 Juli 2009
Pada Titik Nol
Rabu, 08 Juli 2009
PEMILU PRESIDEN 2009 & KING
Senin, 06 Juli 2009
Laki-laki di Lyn P
Hanya ada 3 penumpang dan 4-nya aku di dalam sini: seorang bapak-bapak yang duduk di belakang pojok depan aku persis (aku di pojok belakang yang lain), dan memiliki fisik kerdil dan bersuara mencicit, lalu laki-laki yang umurnya di bawahku dan duduk di sebelah bapak tadi, tapi lebih dekat dengan pintu masuk, dan penumpang yang lain aku tidak begitu memperhatikan. Alasan aku memerhatikan mereka adalah saat si bapak tadi berpindah tempat duduk di dekat pintu masuk bersebelahan dengan si anak laki-laki. Nah, tiba-tiba saja dengan nada yang sedikit kesal dan menantang si anak laki-laki tadi menegur si bapak, “Lho, Pak. Sampeyan kok teng meriku?”. (red: Lho, Pak. Anda kok di situ?).
Kemudian dengan ekspresi terkejut (karena aku juga kaget) bapak itu berkata, “Opo o? Aku lho kate mudhun.” Sambil memerhatikan dengan aneh si anak laki-laki. (red: Kenapa? Aku kan mau turun.).
Nah, mulai dari situ aku curiga dan merasa ada yang tidak beres dengan anak laki-laki itu. Spekulasiku tentang anak itu yang pertama adalah mabuk. Pasti anak itu mabuk. Dan yang kedua stress.
Beberapa menit kemudian si bapak turun dan penumpang menjadi banyak. Sekarang anak laki-laki itu duduk di depanku, tempat pertama kali bapak tadi duduk. Dan sekarang pula aku yang menjadi sedikit takut. Hingga sampai di terminal, aku pikir aku sudah tidak bakal ketemu anak itu tadi. Aku naik angkot untuk jurusan ke kosku yang masih berhenti di dalam terminal untuk menunggu penumpang. Angkotku sepi sama sekali. Hanya aku penumpangnya.
Aku pergi ke pojok belakang angkot. Belum sampai aku bernapas santai, kupikir cuma penumpang biasa yang naik tapi ternyata anak laki-laki tadi. Tanpa basa-basi dia langsung bercerita bahwa dia mau ke Sidoarjo karena ibunya meninggal dan tidak punya cukup uang untuk pergi kesana dengan taksi. Seketika itu aku buka kaca jendela angkot untuk jaga-jaga barangkali terjadi sesuatu karena di luar angkot masih banyak supir angkot yang ngobrol. Kemudian dia menyebutkan angka uang yang ia butuhkan setelah aku menanyakannya, yaitu 25 ribu rupiah. Lalu aku bilang ke dia bahwa aku hanya bisa memberikannya 20 ribu, tapi dia kemudian menawar lagi. Duapuluh dua ribu. Karena katanya dia punya 3 ribu. OK. Tidak mau berurusan panjang dengannya, aku turuti saja apa maunya. Dan kemudian dia pergi setelah meminta nomor handphone-ku tapi tidak aku beri. Alasannya supaya dia bisa mengembalikan uang yang telah ia “pinjam”.
Aku sudah beberapa kali mengalami kejadian seperti ini. Dan aku tahu mereka hanya mengada-ada cerita.
Premier Transformers 2
Begitu tiba di XXI Sutos… BLAR!! Antrian tiket mirip antrian BLT. Berjajar panjang lima baris penuh. Aku memilih baris 2. Lumayan menunggu sekitar 30 menit untuk sampai di depan teler. Mendengar percakapan mbak-mbak teller dengan calon pembeli bahwa untuk tiket pada jam 5 ke atas telah habis padahal telah disediakan 3 studio sekaligus. Wah bisa-bisa aku nggak jadi nonton hari ini, pikirku, tapi tetap saja aku mengantri hingga giliranku tiba. Aku tidak akan memilih studio 3 karena studio 3 terlalu kecil dibandingkan dengan studio 1 dan 2. Yang pertama aku dilihatkan kursi yang berada di jam 3 yang ada di studio 1 dan ternyata kursinya sudah hampir penuh. Lalu aku minta yang setengah empat dan itu di studio 2. My lucky, kursi di barisan G masih tersisa 1, yaitu nomor 16. Menakjubkan. Begitulah, dan selanjutnya aku pergi ke mushola dan menunggu di sana selama hampir 2 jam 30 menit. Jika kalian bertanya apakah membosankan? Tidak ada yang membosankan di planet ini selain menunggu.
Transformers 2 : Revenge Of The Fallen
Ini menjadi yang pertama kalinya aku nonton film di bioskop dengan efek sekelas Transformers. Dan memang membuatku takjub dan tidak bisa memilih antara bernapas dan berkedip (kurasa ungkapan ini terlalu berlebihan). Special effect-nya begitu luar biasa. Sayangnya film ini tidak didukung dengan cerita yang luar biasa juga. Menurutku ceritanya terlalu mengada-ada. Bagaimana mungkin Piramida di Mesir diceritakan di sana dibangun oleh alien. Namun, bila dipikir lagi bahwa itu hanyalah sebuah film, ya tidak masalah. Toh, di film apapun bisa menjadi mungkin.